Rumah Harapan

Malam ini pikiranku cukup terbeban dengan perasaan sedih. 

Beberapa saat sebelumnya, Tuhan memperkenalkan aku dengan Rumah Harapan Bandung, rumah singgah untuk anak-anak penderita penyakit berat yang kurang mampu. Begitu melihat betapa banyaknya anak-anak Indonesia yang mengalami penyakit berat sejak kecil, hatiku ngilu. Betapa beruntungnya aku.

Aku memang agak-agak melow kalau ngomongin penyakit, berhubung papaku punya riwayat penyakit berat dan akupun dari kecil suka sakit-sakitan. Kalau orang dewasa sakit, kemungkinan besar itu karena pola hidup mereka, kesalahan mereka. Tapi kalau anak kecil yang sakit? Siapa yang disalahkan? Aku gak kebayang rasa sakit yg harus mereka tahan, rasa bosan yang harus mereka hadapi saat menjalani pengobatan, rasa minder ketika menghadapi perbedaan dirinya dengan teman yang sehat, rasa khawatir jika tidak dapat sembuh.. 

Bagaimana dengan orang tua mereka? Terbayang rasa lelah apalagi bagi orang tua yg tau anaknya seumur hidup akan terus "tidak normal". Ada yg sampai seumur hidup harus transfusi darah rutin. Ada yg seumur hidup tidak bisa berjalan, dan banyak lagi. 

Aku membayangkan bagaimana perasaan Tuhan, sang Pencipta, melihat degradasi dan kemerosotan dari ciptaanNya. Awalnya tentu Ia menciptakan manusia dengan tujuan baik, dengan keadaan yang baik. Tetapi karena dosa, sekarang kita jauh dari keadaan yg Tuhan inginkan. Aku pernah membaca bagaimana Yesus kasihan melihat seekor burung terluka, karena Ia tahu Ialah yg menciptakan makhluk itu. Apalagi jika Ia melihat anak kecil yang sakit. Apa yang Tuhan pikirkan? 

Tapi janji Tuhan nyata. Pas banget renungan yang aku baca hari ini adalah dari Matius 6 yang berbicara mengenai Tuhan yang memperhatikan tiap makhluk ciptaanNya. Bunga bakung di padang, burung pipit yang kecil, Ia perhatikan. Apalagi kita, anak-anakNya. Dan baru kali ini ayat itu menjadi sangat menyentuh hatiku, sangat melegakan jiwaku. Ayat itu sering aku dengar dan aku belum pernah khawatir akan kebutuhanku sehingga aku  tidak punya pengalaman pribadi dengan ayat itu. Tapi setelah bertemu anak-anak di Rumah Harapan dan merasa sedih dengan apa yang mereka alami, aku merasa lega karena aku yakin Tuhan juga memperhatikan mereka. Dan adalah tugas kita untuk menyadarkan mereka bahwa Tuhan memang memperhatikan mereka. 

Comments

Popular posts from this blog

Everywhere I Go

Warm Fuzzies

Kebaikan dan kebaikan