Warm Fuzzies

It's been a long time gak nulis di sini. Actually udah lama pengen nulis tapi gak pengen juga. Rasanya kayak laper tapi gak nafsu makan. Ya, gitu. Sampe akhirnya aku mikir, mungkin menulis bisa membantu aku kembali nyaman sama diriku sendiri, (because usually, writing a blog helps me to figure out myself).

Dan kali ini, a special post for myself, aku mau mendokumentasikan "Unexpected Warm Fuzzies", yaitu beberapa Affirmative Words dari beberapa orang. I hope everytime i look at this post, i will remember my positive values. Aku mau percaya diri lagi. Aku mau balik jadi diri aku yg dulu sebelum negara api menyerang dan segala kekacauan ini terjadi.


Hehe. Ini dia Affirmation Words pertama. Dari temen kantorku yg namanya Jerry.




Yang kedua dari ka Eva :



Yang ketiga dari Bang Steven :



Waktu baca ini semua, aku sangat terharu, pengen nangis! Padahal yg nulis mungkin biasa aja. isinya memang biasa aja. Tapi yg bikin terharu adalah, ini seperti obat yang Tuhan berikan ke aku di saat yang tepat! 


Well aku kasih tau background storynya yah. Supaya make sense kenapa aku sampe terharu. Jadi beberapa waktu yang lalu (malu banget sih ngakuinnya tapi yasudahlah, harus berani terima konsekuensi) aku terlibat mini drama lah. Putus cinta yang bikin aku jadi merasa tidak bisa diterima, penuh kekurangan, tidak berarti.. Dan itu bikin kepercayaan diri yang susah payah kubangun jadi bener-bener runtuh! 

Aku bener-bener merasa stabil dan punya percaya itu pas kuliah, di mana aku ga peduli beda sama orang-orang, jadi kaum minoritas, pake baju rok panjang terus alias mungkin bagi banyak orang "gak modis". Aku tetap enjoy, bahkan aku rasa cara bergaulku makin berkembang pas kuliah, banyak kenalan, gak seintrovert dulu waktu SD-SMP yang kayaknya kalau udah deket sama yg itu, maunya kemana-mana sama yg itu aja. Yang dulunya nunggu disapa orang, waktu kuliah akhirnya aku belajar untuk ramah dan nyapa orang duluan. Aku rasa kuliah adalah fase yang baik dalam stabilitas kepribadianku. meskipun dalam beberapa hal karakterku belum sempurna.

Tapi yah itu, setan gak tinggal diam. dia tau kelemahanku. Dan aku yakin Tuhan mengizinkan hal ini terjadi ke aku untuk menyempurnakan aku lagi, merendahkan hati aku.

Jadi aku pacaranlah sama seseorang yang PADA AKHIRNYA aku percayai sepenuhnya, aku terima seutuhnya, aku sayangi dengan gak jaga-jaga atau takut-takut, dan itu semua bisa terjadi karena dia yang minta. karena sebelumnya aku ini bukan tipe yang akan 100% terlibat secara emosional sama pasangan aku, berapa lamapun kita pacaran. Ya pacaranku gak tipe baperan. Aku sayang tulus, tapi gamau too emotional, takut kecewa. Eh, tapi pacar yg ini orangnya emosional sekali. Dan dia merasa kurang aku cintai katanya, karena aku gak emosional. Datar-datar aja. Dia minta aku total, percaya bahwa dia itu layak dipercaya dan dia juga total cintanya ke aku. Yaa karena kasian, masa iya pacar gue kayak menderita banget kan ga disayangin, aku belajarlah to love him as the way he loved me at that time. Aku belajar untuk menyamakan tune kami. Semakin belajar, ya semakin emosional lah saya. Dan berharap dia yang terakhir, percaya juga dia yang terakhir (sesuai permintaan dia kan, untuk dipercaya), jadi aku mikir kita akan bersama-sama berusaha sebisa mungkin untuk jadikan ini yg terakhir.


Eh.. lama-lama, si Mas ini mulai menemukan kelemahan-kelemahanku. Dan dia merasa aku "below his expectations". Well, it hurted me so deep loh. Dan dia yang perfectionist itu mulai banyak protes, banyak complain tentang aku, dan itu jadi alasan-alasan yang dia bilang bikin "perasaan menggebu"nya di awal pudar. Karena kami banyak berargumen katanya. Padahal aku berargumen untuk menyelesaikan masalah dan bela diri karena dia suka salah mengerti tentang maksud aku. Sedihlah pokoknya. Ya gimana, dia yg cowo, dia yg deketin aku, dia yang meyakinkan aku. Giliran aku udah yakin, dia komplen aku.

Katanya dia expect aku lemah lembut, sopan, selfless, tapi ternyata aku ga selemah-lembut, sesopan dan se-selfless yang dia kira (well, seingetku seumur-umur aku ga pernah ngomong kasar sama dia). Katanya aku gak se-cheerful dulu sebelum pacaran, sehingga i looked boring and not fun. Katanya aku gak pandai menyesuaikan diri sama dia yg fluktuatif, moody, dan berubah-ubah. Katanya aku gak jelek, tapi physically not his favorite type. Sedih. Jadinya suka bandingin diri sama mantannya yang sering dia ceritain. Jadinya aku merasa aku ini seperti yang dia bilang, even worse. Gak cantik. Gak lemah lembut. Gak sesopan itu tutur katanya. Egois, karena masih bela diri terus (yang mana aku memang taunya aku gak salah, dia yang salah sangka). Aku ga bisa lebih baik dari mantannya.


Nah, makanya. balik ke warm fuzzies. Ada satu game di kantor kami waktu itu. namanya warm fuzzies. jadi kita kasih opini tentang teman satu team kita yang positif yang kita lihat dari dia.

Pas aku baca, apa yang mereka tulis, kayak "lemah lembut, sopan, ramah, cheerful" aku terhibur banget. Ternyata aku ga seburuk yang aku pikir. Pikiranku jadi negatif tentang diriku sendiri hanya karena opini satu orang yang sangat aku percaya. 

Dan yang terbaru adalah aku dapat satu warm fuzzies dari keponakanku (anaknya abang sepupuku).
Kami jarang ketemu, tapi pas kemarin dia pinjem HP ku, dia edit fotoku dan kasih Love Letter yang heart-warming.




Yaa aku tau aku gak cantik, banyak yang jauh lebih cantik.. Tapi kalau yang bilang anak kecil, aku yakin itu tulus, dan ketulusan itu udah cukup mengobati rasa tidak percaya diri aku.

Aku tau bodoh banget sampe gak percaya diri gini. Tapi untuk mendapat kestabilan percaya diri buat aku itu ga gampang, aku bangunnya susah payah. Ketika langsung hancur, kayak agak susah lagi bangunnya. Tapi aku yakin, Tuhan pasti bantu. Apalagi Tuhan kirim orang-orang dan teman-teman yang setia dan ga bosan-bosan kasih input positif buat aku, aku rasa mereka adalah perpanjangan tangan Tuhan. I thank God for them. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Everywhere I Go

Kebaikan dan kebaikan