Si...
Siput. Selalu meringkuk malu dalam cangkang. Berjalan lamban dan linu lalu meringkuk lagi. Diam tanpa suara. Sibuk dengan cangkangnya tanpa memperhatikan aku yang gemas melihatmu. Menyebalkan, aku benci melihat lendirmu, gemas melihatmu terus menginduk. Tidak adakah yang bisa kau lakukan atau katakan selain mengurus cangkangmu sendiri? Ingin kutendang kau agar cangkangmu pecah berkeping-keping. Sehingga kau tak ada pilihan lagi untuk sembunyi. Tapi kasian nanti kau mati kalau tidak bersembunyi.
Singa. Harusnya kau sabar mengendap-endap, sabar menggiring mangsamu ke dalam terkamanmu. Tapi kau terlalu tidak sabar. Mangsamu terlanjur mati berdiri. Kaku ketakutan. Membusuk terlalu cepat. Apakah kau terlalu lapar hingga terus merongrong mayat busuk itu? Sudahlah tinggalkan dia, dia sudah tidak enak, jangan dimakan, nanti kau sakit perut.
Sigung. Untuk apa kau menebar bau, padahal tidak ada yang menyerangmu? Musuhmu sudah kabur, tidak ada lagi gunanya kau menyemprot senjatamu. Nanti kau kehabisan tenaga. Nanti tidak ada yang mau menemanimu karena kau bau. Nanti kau semakin kesepian. Yuk, pergi dari sini, supaya musuhmu tidak datang lagi. Kita ke sana, di sana kau akan dihargai meskipun kau bau.
Siamang. Katanya kau cerdas, bergerak aktif di siang hari. Tapi kenapa kau lemas? Seperti mau mati. Kemana kelincahanmu, sehingga tidak ada predator yang bisa menangkapmu? Mana suaramu yang cerewet? Seperti hilang ditelan angin. Mungkin karena tadi hampir tenggelam ya? Aku lupa kau tidak bisa berenang. Lain kali jangan sok jago menolong kalau kamu tidak bisa berenang. Cepat bangun dan makan, atau kau akan mati kelelahan di situ.
Situ. Situ siapa? Apa urusan situ di sini?
Comments
Post a Comment