Nalarku vs Batinku
Nalarku : “kenapa harus berpisah? Aku
tidak habis pikir. Memang pasangan seperti apa yang kau inginkan?”
Batinku : “Aku mencari seseorang yang setia.”
Nalarku : “Dia setia. Sangat setia.”
Batinku : “Aku mencari seseorang yang sabar terhadapku.”
Nalarku : “Dia sabar. Dan sangat pengertian.”
Batinku : “Aku mencari seseorang yang bertanggung jawab.”
Nalarku : “Kalau kau beri kesempatan padanya, mungkin dia bisa buktikan itu?”
Batinku : “Aku mencari seseorang yang beriman.”
Nalarku : “Dia beriman. sepertinya semua ada padanya. Kenapa kamu masih ingin berpisah? Apakah ada seseorang yang sempurna?”
Batinku : “Memang, setiap aku merasa harus pergi darinya, aku selalu berakhir kembali padanya karena aku kira semua yang aku butuhkan ada padanya.
“Tapi satu yang tidak kudapatkan. Kedamaian.
Aku berusaha menoleransi semuanya selama ini, berusaha mencari kedamaian.
Tetapi aku tidak menemukannya.
“Sekarang aku lelah. Aku ingin
damai, dan aku lebih merasakan kedamaian itu saat sendiri, dibanding saat
bersamanya. Mungkin karena hubungan ini tidak berawal dari doa yang tulus.”
Nalarku : “Nah, sekarang kau yang betul. Aku jadi pusing memikirkannya. Ini memang topik yang paling ingin kuhindari untuk kudiskusikan bersamamu selama ini.”
Batinku : “Kalau begitu sekarang kau bebas, karena kamu tak perlu memikirkannya lagi.”
(suasana hening.
Damai…)
setujuuuu :D
ReplyDelete