Lagi-lagi sang Nalar dan sang Batin
batinku : peperangan
ini sudah berakhir. ini sesuatu yang ga kusangka. ternyata aku lebih bahagia
dari yang kuharapkan.
nalarku :
jangan, seharusnya kamu jangan sebahagia ini. karena semakin kamu bahagia, ada
yang semakin menderita.
batinku : menderita karena apa?
nalarku : menderita karena rasa bersalah mungkin?
entahlah.
batinku :
tapi aneh, semakin aku tertawa bahagia, semakin aku menangis ketakutan
nalarku : takut untuk semua yang sudah lalu?
batinku : ya,
aku takut. sangat takut. aku ingin bersembunyi, tapi di sisi lain aku rindu
udara bebas. aku ingin berlindung, tapi aku tak punya tempat berlindung
nalarku : aku
pun menangis, kau tahu? aku menangisimu, dan aku menangisi diriku. aku menangis
kenapa aku tidak dari dulu, dulu, dan dulu tersadar, kenapa tidak dari dulu
menyelamatkanmu. jadi kamu tidak perlu ketakutan seperti sekarang ini.
batinku :
jangan menangis, kamu adalah perlindungan terakhirku. kalau kamu lemah, aku
mati. baiklah, aku tidak akan menangis lagi, jadi kamu harus berpura-pura
melupakan semuanya.
nalarku : lalu apa rencana kita selanjutnya?
batinku : aku
akan membuka diriku, untuk cinta yang baru. siapa tahu dia bisa menyembuhkanku
dan melindungiku dari ketakutanku.
nalarku : apakah
masa lalumu akan membiarkanmu bahagia tanpanya? Apakah ada yang mau
menerimamu setulus itu?
batinku : nah,
kita berhenti lagi di titik ini. pertanyaanmu membuatku tidak akan pernah bisa
maju. baiklah, kalau itu maumu, aku akan mulai berpura-pura lagi.
nalarku : maafkan aku, itu tugasku untuk mengingatkanmu pada
kenyataan.
batinku : (mulai menangis lagi)
nalarku : (diam, merenung)
Comments
Post a Comment