Posts

Rut dan Naomi?

Sejujurnya judulnya mungkin gak begitu nyambung ya sama keadaanku. Aku dan Tante Angeline. Sahabat pertamaku yg umurnya seumur mamaku. Biasanya aku sahabatan sama yg seumur. Atau kakak-kakak yg seumuran kakakku yg jauh di atasku. Tapi ini tante-tante gaul dan seru yang udah nganggep aku anaknya sendiri. Well, kalau inget tante ini, jadi agak-agak terharu juga, hehehe. Awalnya kami kenal, karena aku dikenalin sama mantanku. Yep, tante ini adalah mamanya mantanku.  Kami pertama kali kenalan di kampusku. Lucu ya? Ternyata dia punya rekan bisnis di daerah kampus ku. Terus tante sama anaknya dateng deh ke kampus, kami makan di kios temennya tante. Ternyata tante langsung suka sama aku. Kayak langsung cocok gitu. Tante ini unik. Di luar bayangan aku banget. Ceria, ceriwis, suka ngelawak, cuek, blak-blakan, bisa galak dan jutek juga, tapi gak pernah sama aku kayak gitu hahaha. Mudah bergaul, gampang untuk ngajak ngobrol siapa aja. Pertama ketemu, langsung ngomongin kejelekan-kejelekan mantan

Kebaikan dan kebaikan

Halo! Saya kembali dengan semangat menulis yg baru nih! Karena baru-baru ini, Tuhan jawab doa saya. Dan saya mau kejadian ini terus saya ingat, jadi saya mau tulis, siapa tau suatu saat bisa mengingatkan saya kalau saya lupa.  Lima tahun lalu, papa saya meninggal. Sebelumnya saya sudah cerita di blog ini, hampir tiap hari saya pulang pergi bogor-jakarta sama papa saya untuk berobat. Dan ada orang-orang gereja bogor yg sangat berjasa utk nganter kami subuh-subuh. Ada bang renviel, om dody, om andre. Nah, lima tahun berlalu. Kemudian 2 minggu lalu, bang renviel kesaksian bahwa dia punya benjolan di leher. Ada 3 kemungkinannya. Satu, cuma infeksi di kelenjar getah bening. Dua, tuberkolusis. Tiga, kanker kelenjar getah bening (sama kayak papa saya dulu). Dan beliau pun dibiopsi supaya tau jelas penyakitnya. Denger itu, saya diam-diam cuma bisa berdoa. Setiap saya ingat, saya doakan dengan sungguh-sungguh. Tuhan, abang ini udah baik banget dulu sama papa saya. Tolong Tuhan perhitungkan seti

Aku ini anak perempuannya Tuhan

Aku adalah anak perempuannya Tuhan. Ya, Bapaku adalah Raja di atas segala raja di dunia. Seluruh dunia ini milik Bapaku. Jadi jelas, aku adalah seorang Puteri Raja. Aku dijaga para malaikat. Segala kebutuhanku selalu dicukupi. Aku tidak pernah berkekurangan. Aku adalah anak perempuannya Tuhan. Ya, Bapaku adalah Pencipta. Bumi ini Dia yang buat. Apapun dapat Ia buat, termasuk masa depanku yang indah. Pasti Ia akan membuat yang terbaik untuk aku, karena aku kan anak-Nya. Jadi aku tidak perlu takut akan masa depan. Aku ini memang anak perempuannya Tuhan. Bapaku berkuasa sekali. Dia bisa menenangkan badai. Jadi, perkara mudah bagiNya jika hanya untuk menenteramkan hatiku. Meskipun Bapaku hebat, berkuasa, dan sangat kaya, pekerjaannya banyak, tapi Bapaku selalu punya waktu untuk mendengar keluh kesahku. Ia sangat ingin selalu dekat denganku, sampai-sampai Ia dapat merasakan sakit dan sedih yang kurasakan.  Tapi meskipun Ia berkuasa, Ia adalah Bapa yang baik. Ia mengajarkan

Warm Fuzzies

Image
It's been a long time gak nulis di sini. Actually udah lama pengen nulis tapi gak pengen juga. Rasanya kayak laper tapi gak nafsu makan. Ya, gitu. Sampe akhirnya aku mikir, mungkin menulis bisa membantu aku kembali nyaman sama diriku sendiri, (because usually, writing a blog helps me to figure out myself). Dan kali ini, a special post for myself, aku mau mendokumentasikan "Unexpected Warm Fuzzies", yaitu beberapa Affirmative Words dari beberapa orang. I hope everytime i look at this post, i will remember my positive values. Aku mau percaya diri lagi. Aku mau balik jadi diri aku yg dulu sebelum negara api menyerang dan segala kekacauan ini terjadi. Hehe. Ini dia Affirmation Words pertama. Dari temen kantorku yg namanya Jerry. Yang kedua dari ka Eva : Yang ketiga dari Bang Steven : Waktu baca ini semua, aku sangat terharu, pengen nangis! Padahal yg nulis mungkin biasa aja. isinya memang biasa aja. Tapi yg bikin terharu adalah, ini

Hello!

Hi, there. Welcome to my blog. Lagi stalking, yaa? Hahhaah akhirnya ketemu juga ya sama postingan ini. Sayangnya aku gak akan cerita apa-apa untuk kamu di sini. Biarlah apa yang kamu cari tahu tetap menjadi undelivered messages sampai tiba waktunya, hehehe. Semoga tidak lama lagi ya : )

He Washed My Eyes With Tears

Sebenernya aku gak begitu suka sama melodi lagu ini. Tapi tiba-tiba lagu ini terngiang. Dan pas aku cari liriknya bagus banget. 1. He washed my eyes with tears that I might see,  The broken heart I had was good for me;  He tore it all apart and looked inside,  He found it full of fear and foolish pride.  He swept away the things that made me blind  And then I saw the clouds were silver lined;  And now I understand 'twas best for me  He washed my eyes with tears that I might see.  2.  He washed my eyes with tears that I might see  The glory of Himself revealed to me;  I did not know that He had wounded hands  I saw the blood He spilt upon the sands.  I saw the marks of shame and wept and cried;  He was my substitute for me He died;  And now I'm glad He came so tenderly;  And washed my eyes with tears that I might see.  Beberapa saat lalu dalam waktu berturut-turut aku mendengar dan melihat kisah-kisah orang-orang yang putus cinta. Banyak pelajaran yang bisa diambil, banyak hal y

Rumah Harapan

Malam ini pikiranku cukup terbeban dengan perasaan sedih.  Beberapa saat sebelumnya, Tuhan memperkenalkan aku dengan Rumah Harapan Bandung, rumah singgah untuk anak-anak penderita penyakit berat yang kurang mampu. Begitu melihat betapa banyaknya anak-anak Indonesia yang mengalami penyakit berat sejak kecil, hatiku ngilu. Betapa beruntungnya aku. Aku memang agak-agak melow kalau ngomongin penyakit, berhubung papaku punya riwayat penyakit berat dan akupun dari kecil suka sakit-sakitan. Kalau orang dewasa sakit, kemungkinan besar itu karena pola hidup mereka, kesalahan mereka. Tapi kalau anak kecil yang sakit? Siapa yang disalahkan? Aku gak kebayang rasa sakit yg harus mereka tahan, rasa bosan yang harus mereka hadapi saat menjalani pengobatan, rasa minder ketika menghadapi perbedaan dirinya dengan teman yang sehat, rasa khawatir jika tidak dapat sembuh..  Bagaimana dengan orang tua mereka? Terbayang rasa lelah apalagi bagi orang tua yg tau anaknya seumur hidup akan terus "tidak norm